Tampilkan postingan dengan label FILOSOFI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FILOSOFI. Tampilkan semua postingan

2016-10-24

Filosofi Sebuah Sumpit

Alkisah,......
Di jaman dulu hiduplah seorang saudagar kaya pemilik restoran. Restoran itu sangat terkenal karena makanannya sangat khas dan rasanya yang luar biasa. Saudagar pemilik restoran tersebut juga sangat dihormati di daerah tersebut karena sering menyumbangkan harta kekayaannya untuk kaum miskin.
 
 
Namun sangatlah disayangkan saudagar itu tidak diberkahi keturunan seorangpun. Menjelang usianya memasuki tahun ke 80, saudagar tersebut hendak menyerahkan restorannya kepada orang yang dipercayainya yang dikira mampu mengelola restoran tersebut dengan baik. Tapi sebagai syaratnya mereka harus menyumbangkan setengah dari pendapatan restoran itu untuk kaum miskin.

Setelah itu diundanglah seluruh pedagang di daerah tersebut untuk datang ke jamuan makan malam yang diselenggarakannya. Terdapat dua puluh meja bundar yang diatasnya sudah terhidang bermacam makanan yang sangat menarik. Tiap meja ada 4 buah kursi dan 4 buah peralatan makan berupa sumpit. Namun anehnya keempat sumpit tersebut mempunyai panjang sama dengan lebar mejanya.

Duduklah ke 80 pedagang tersebut dengan air liur yang mulai menetes mencium aroma masakan yang selangit tersebut. Sesaat sebelum makan saudagar tersebut memberikan kata sambutan yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa dia akan memilih 4 dari ke 80 pedagang tersebut sebagai penerus restorannya setelah jamuan berakhir.

Maka dimulailah jamuan makan tersebut. Masing–masing pedagang tersebut telah memegang sumpit mereka dan mau menjepit makanan yang diinginkannya. Sementara sang saudagar tersebut berjalan mengelilingi meja-meja tersebut. Muka sang saudagar tersebut terlihat sangat sedih setelah melewati meja ke 12 dan belum ada satupun pedagang yang mampu memasukkan makanan yang dijepit sumpit tersebut ke dalam mulut. Masing–masing pedagang tersebut mencoba cara–cara aneh agar mampu memasukkan makanan yang dijepit sumpit masing–masing ke dalam mulut masing–masing dan tentu saja itu tidak akan berhasil karena panjang sumpit tersebut selebar meja. Saat sang saudagar melewati meja ke 19 dia mulai kehilangan harapannya untuk mendapatkan penerus restorannya karena yang dia lihat hanyalah sekumpulan orang–orang serakah yang hanya mementingkan keinginan masing–masing.

Saat menuju meja ke 20 tersenyumlah saudagar tersebut seraya berkata pada dirinya sendiri bahwa ke 4 orang inilah yang akan meneruskan restorannya. Rupanya ke 4 orang yang berada di meja ke 20 saling menyuapi lawan di seberangnya karena panjang sumpit tersebut memang cukup untuk sampai ke seberang mejanya. Akhirnya saat jamuan makan selesai hanya ke 4 orang inilah yang kenyang perutnya sedang yang lain sibuk menggerutu karena tidak ada secuilpun makanan yang masuk dalam mulut mereka. Sang saudagar pergi meninggalkan restorannya dengan hati gembira karena tahu bahwa restorannya akan dikelola oleh 4 orang yang bijaksana.

Keempat orang itu tidak mementingkan keinginan masing-masing tapi belajar untuk memberi makan satu sama lain

Itulah tadi kisah filosofi tentang sumpit yang menandakan jangan suka serakah akan semua yang ada di depan kalian karena semua itu hanya sekedar titipan dan suatu saat nanti bisa diambil oleh Sang Pemilik kapanpun Dia mau. Jika kalian sedang di atas berusahalah melihat ke bawah agar selalu bisa mensyukuri nikmat apa yang sedang kalian terima.
 
 

2016-08-19

Filosofi Pensil

Sahabat Indonesia yang baik hatinya, saya yakin Anda pasti sering atau setidaknya pernah memakai pensil. Ya pensil, sebuah benda yang sangatfamiliar dalam kehidupan kita, benda sederhana namun dampak penggunaannya bisa tidak sederhana. Namun tahukah Anda bahwa pensil punya nilai-nilai filosofi yang sangat luar biasa, apa saja kelima nilai tersebut? Mari kita bahas di artikel ini.
 
Baca Juga:
Suatu sore, nenek sedang menikmati indahnya matahari terbenam bersama salah satu cucunya, sebut saja nama cucu itu Jojo. Sambil memandang indahnya matahari terbenam dari balkon rumahnya sang nenek ngobrol santai dengan sang cucu.

Kebetulan saat itu sang cucu, Jojo sedang asyik mengerjakan soal matematika yang merupakan PR-nya. Jojo mengerjakan PR itu dengan memakai sebuah pensil, pensil itu berwarna biru, dan ada tulisan merek dari pensil tersebut di tengah-tengahnya. Sang nenek berkata:
“kamu sedang menulis apa, Jo?“. “Aku sedang mengerjakan PR Matematika, nek.”

“Ohh begitu ya, pensil kamu bagus, cu.” Ujar sang nenek yang keindahan wajahnya masih tampak sebab ia rutin menjaga kecantikan alaminya sejak muda, keindahan itu makin tampak setelah wajahnya berpendar ketika terkena sinar matahari terbenam. Indah sekali.

Lalu sang nenek melanjutkan pembicaraan, sebab Jojo sudah selesai mengerjakan PR-nya. “Cu, tahukah kamu bahwa pensil ini menyimpan 5 hal luar biasa lho untuk hidup kita.”.

Sang cucu, Jojo pun dengan antusias membalas pernyataan nenek. “Wah.. apa saja itu nek, bisa nenek ceritakan pada saya“.
“Tentu…” jawab sang nenek dengan penuh kasih sayang.

Pensil Itu Bisa Melakukan Hal Luar Biasa dengan Bimbingan Tangan yang Memakainya
 
“Jo, kamu lihat kan bahwa sebuah pensil bisa menulis apa saja, tapi tentu saja ia butuh bimbingan dari tangan yang memakainya kan? Tanpa tangan itu, pensil tidak bisa apa-apa kan? Untuk itu selayaknya kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkahmu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya. Dan kamu tidak perlu takut menjalani hidup ini sebab, ada Tuhan yang selalu siap menolong dan membantu kamu menjadi orang yang lebih baik.”
 
Pensil Itu Sering Diruncingkan dan Hasilnya Ia Jadi Tajam dan Semakin Oke
 
“Coba nenek tanya, enakkan menulis pakai pensil runcing (tajam) atau yang yang tumpul?” “Yang runcing dong, nek.”. Jawab Jojo dengan penuh kepolosan. Nah maka dari itu si pensil harus sering diruncingkan agar ia makin runcing dan enak digunakan. Begitu juga dengan kehidupan kita ini, kita akan sering “diruncingkan” agar kualitas hidup kita bisa semakin baik lagi.

Diruncingkan itu terkadang bisa sakit, jadi jangan heran ya cu kalau nanti seiring waktu kamu akan menerima beberapa rasa sakit, entah itu ketika kamu gagal, ketika kamu putus cinta, ketika kamu melakukan salah, dan banyak lagi. Tapi yakinlah bahwa ada “tangan tadi”. Si tangan pasti tahu yang terbaik untuk kamu, tangan itu tidak akan membuatmu menderita sebab tujuan-Nya adalah menjadikan kamu lebih oke dan mantap tadi 
 
Kadang-Kadang Tulisan si Pensil Harus Dihapus

“Kadang-kadang ketika Jojo menulis, pasti pernah salah kan?” Tanya sang nenek. Nah Jojo harus menghapus tulisan itu, bukan? Begitu pula dengan pensil. Nah kehidupan kita juga begitu, cu. Kita kadang-kadang pasti pernah salah, entah itu salah bicara, salah makan, salah tindakan dan banyak lagi. Jojo tidak perlu takut salah, sebab dari salah tersebut Jojo bisa banyak belajar agar jadi lebih baik. Tapi ingat ya Jo, jangan salah di kesalahan yang sama. Belajar dari sana, cu. Akan tetapi, cu. Karena baiknya “si tangan” yang memakai pensil tadi, kesalahan penulisan pensil itu bisa selalu dihapus. Dihapus di sini dalam artian dihilangkan untuk selanjutnya diperbaiki. Jadi kita di hidup ini selalu punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sudah kita lakukan. Jadi damailah dalam hidup ini kalau kita berbuat baik. 
Lebih Penting Bagian Dalam Pensil

Cu, tahukah kamu bahwa bagian paling penting dari sebatang pensil itu adalah bagian inti (bagian dalamnya). Batangan pensil itu lebih penting dari kayu yang ada di luarnya. Tanpa batangan itu, sebuah pensil tidak bisa menulis. Nah demikian pula dengan hidup kita ini, cu. Pesona dari dalam diri kita itu haruslah sebagus mungkin. Mungkin orang bisa bagus di luar (penampilannya), tapi barangkali keindahan jiwanya tak sebagus atau secantik penampilan luarnya. Untuk itu, Jojo jangan mudah tertipu oleh pesona luar ya. 
 
Tulisan si Pensil Selalu Menimbulkan Bekas

Pensil itu ya Jo, biarpun tulisannya sudah dihapus tetap aja ada bekas coretan di kertas. Jadi begitu juga hidup ini, Jo. Biarpun kamu sudah memperbaiki keslahan yang sudah terjadi, Jojo tetaplah harus belaku santun dan penuh hormat kepada siapa saja. Sebab perilaku dan tindakan-tindakan Jojo selalu membekas di hati setiap orang yang berjumpa dengan Jojo. Mudah-mudahan jika yang membekas adalah sesuatu yang positif, maka makin banyak orang yang suka, hormat dan menghargai Jojo. “Nah Jojo, bagaimana? Kamu mengerti kan.” Tanya nenek dengan penuh kasih, suasana sore itu benar-benar indah. Terlihat beberapa meter dari tempat duduk sang nenek, ada kakek yang lagi mengambil foto matahari terbenam. Nenek doakan Jojo bisa memahami dan menerapkan semua filosofi pensil tadi.
 
 
-Semoga Bermanfaat-