2016-07-30

Guru Bijak dan Toples Besarnya



Ada seorang guru bijak yang sangat disukai oleh murid – muridnya. Murid beliau pun cukup banyak dan yang datang pun banyak dari tempat jauh, Mereka berbondong – bondong datang untuk mendengarkan petuah atau kata kata bijak yang sering keluar dari mulut guru bijak tersebut. Pada suatu ketika, seperti biasanya, murid-murid beliau datang dan berkumpul untuk mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh sang guru. Mereka datang satu persatu dan duduk dengan rapi dan tenang, serta memandang ke depan, dan siap untuk mendengar apa yang akan dikatakan atau disampaikan oleh sang guru.

guru bijak dan toples besar


Kemudian sang guru pun tiba, lalu beliau duduk di depan murid – muridnya. Beliau datang dengan membawa sebuah toples yang cukup besar, lalu disampingnya terdapat beberapa tumpuk batu yang memiliki warna kehitaman yang memiliki ukuran segenggaman tangan. Kemudian tanpa bicara sedikit pun, Beliau mengambil batu – batu itu dan kemudian satu persatu batu – batu tersebut di masukkan dengan hati-hati ke dalam sebuah toples kaca yang ia bawa.
Kemudian ketika toples itu sudah penuh dengan batu hitam yang dimasukkan oleh sang guru tersebut, Lalu beliau berbalik dan menghadap ke murid – muridnya dan langsung bertanya.

“Apakah toples ini sudah penuh?”

Serentak murid – muridnya menjawab,

“Iya guru, Benar, toples itu sekarang sudah penuh”.

Tanpa berkata apapun, sang guru lalu memulai memasukkan kerikil – kerikil bulat berwarna merah yang memiliki ukuran lebih kecil dari batu sebelumnya ke dalam toples tersebut.Karena kerikil itu lebih kecil sehingga dapat masuk dan jatuh pada sela – sela batu hitam besar yang dimasukkan lebih awal. Kemudian Setelah semua kerikil itu sudah masuk kedalam toples, sang guru kembali berbalik kepada murid – muridnya, kemudian bertanya kembali.

“Apakah toples ini sudah penuh?”

Serentak murid – muridnya menjawab kembali,

“Iya guru, Benar, toples itu sekarang sudah penuh”.

Masih tanpa berkata apapun, kini sang guru telah mengambil satu wadah pasir yang halus, kemudian beliau memasukkan pasir halus tersebut ke dalam toples. Tentu dengan mudah pasir halus tersebut masuk memenuhi ruangan kosong dari kerikil merah dan juga batu hitam. Setelah pasir halus itu semuanya masuk, sang guru kembali berbalik dan bertanya lagi ke para muridnya.

“Apakah toples ini sudah penuh?”

Karena para murid sudah salah dua kali, kali ini murid murid itu tidak terlalu percaya diri untuk menjawab pertanyaan dari guru mereka. Akan tetapi karena terlihat bahwa pasir halus tersebut jelas sudah memenuhi sela – sela dari kerikil dan batu yag sudah dimasukkan ke dalam toples, membuatnya sudah terlihat tampak penuh. Walaupun agak sedikit ragu beberapa dari murid itu ada yang mengangguk dan menjawab,

“Iya guru, Kali benar, toples itu memang sudah penuh”.

Ternyata tetap tanpa berkata apapun lagi, Sang guru kembali berbalik, kali ini dia mengambil sebuah tempayan yang berisi air, Kemudian beliau menuangkan air itu dengan hati – hati ke dalam toples besar yang sudah terisi oleh batu besar hitam, krikil dan juga pasir tadi. Dan ketika air sudah mencapai di bibir toples,Sang guru kembali berbalik kepada para murid, dan bertanya kembali

“Apakah toplesnya sudah penuh?”

Saat itu kebanyakan para murid lebih memilih untuk diam, akan tetapi ada dua sampai tiga orang yang memberanikan diri untuk menjawab,

“Iya guru” jawab sedikit murid tersebut.

Ternyata tetap sang guru masih belum berkata apapun, beliau malah mengambil satu kantong garam halus. Kemudian beliau menaburkan sedikit – sedikit serta hati-hati memasukkan garam –garam itu diatas permukaan air, dan garam halus itu pun sedikit demi sedikit larut, dituangkannya sekantong garam tersebut sampai habis dan garam – garam itu juga larut kedalam air. Sang guru kembali menghadap kepada murid-muridnya, dan kembali, bertanya,

“Apakah toplesnya tersebut sudah penuh?”

Saat itu semua murid berdiam diri tanpa menjawab apapun. Hingga akhirnya ada seorang murid yang memberanikan diri untuk menjawab.

“Iya guru, toples itu sekarang sudah penuh”.

Sang guru akhirnya menjawab,

“Iya benar, toples ini sekarang sudah penuh”.

Beliau kemudian melanjutkan ucapannya,

“Sebuah cerita selalu memiliki banyak makna, dan setiap dari kalian telah memahami banyak hal dari demonstrasi ini. Diskusikan dengan tenang sesama kalian, apa hikmah yang kalian punya. Berapa banyak hikmah berbeda yang dapat kalian temukan dan kalian ambil darinya.”

Murid-murid kemudian memandang sang guru, dan juga memandang toples yang sekarang sudah berisi penuh dan juga memiliki berbagai warna, ada warna hitam, merah, ada juga pasir, air, dan juga garam. Kemudian dengan cukup tenang mereka berbisik ( mendiskusikan ) dengan para murid lainnya. Kemudian setelah beberapa menit sang guru lalu mengangkat tangannya, dan seluruh ruangan pun terdiam. Beliau lalu berkata,

“Selalu ingatlah bahwa tidak pernah ada hanya satu interpretasi dari segalanya. Kalian sudah mengambil semua hikmah dan juga pesan dari cerita, dan setiap hikmah, sama pentingnya dengan yang lain” Setelah berkata seperti itu kemudian tanpa berkata-kata lagi, sang guru bijak itu bangkit dan meninggalkan ruangan.

Dari cerita motivasi hidup guru bijak dan toples besar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menilai sesuatu tidak dapat disimpulkan atau dikatakan benar jika hanya memandang dari satu sudut pandang. seperti cerita motivasi diatas. jika melihat dari sisi batu besar hitam, memang benar toples itu sudah penuh jika dimasukkan batu besar hitam lainnya. tapi jika dimasukkan dengan batu yang lebih kecil (batu krikil) ternyata toples itu masih belum penuh dan masih bisa dimasukkan lagi. begitu seterusnya. jadi untuk menyimpulkan suatu peristiwa atau apapun itu, kita harus melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda agar dapat mengambil kesimpulan yang benar-benar bisa di pertanggung jawabkan.

-Semoga Bermanfaat-

Kisah seorang guru bijak dan Tiga Muridnya



Pada suatu hari ada seorang guru bijak yang memiliki 3 murid terbaik, dia memberikan sebuah pertanyaan kepada muridnya. Pertanyaan tersebut merupakan sebuah pertanyaan yang amat penting bagi ketiga murid tersebut, karena jawaban dari pertanyaan tersebut menentukan siapa yang kelak tepat untuk menggantikan sang guru. Berikut ini Kisah Seorang Guru Bijak dan 3 Muridnya!

Disebuah desa, tinggal seorang guru bijak yang sudah tua, Dia mencari seseorang yang dapat menggantikannya untuk dapat meneruskan menjadi seorang guru untuk mengajari kebaikan bagi murid muridnya. Ada 3 murid terbaik yang dipilih untuk menjadi calon penggantinya.
Dalam memilih siapa yang pantas untuk menggantikan guru bijak tersebut, Ke 3 murid tersebut di beri tantangan oleh sang guru untuk menjawab sebuah pertanyaan. Pertanyaan tersebut ialah

“Apakah makna kekayaan bagi manusia?”

Untuk menjawab pertanyaan itu, sang guru kemudian mempersilahkan ke 3 muridnya tersebut untuk pergi berkelana mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
Setelah 3 tahun pergi merantau naik turun gunung melewati kampung ke kampung dan juga dari kota ke kota untuk mencari sebuah jawaban yang diberikan oleh gurunya, ke 3 murid akhirnya kembali. Karena kini sudah tiba bagi para murid tersebut untuk menjawab pertanyaan dari sang guru.
Kemudian sang guru mempersilakan kepada muridnya satu persatu untuk memberikan jawaban dari pertanyaan yang sudah diberikan.
Murid pertama menjawab:

“Wahai guruku, setelah 3 tahun muridmu ini merantau, Menurutku jawaban dari makna kekayaan bagi manusia adalah akar dari kejahatan. Dalam perjalanan, saya banyak menjumpai banyak manusia yang rela melakukan berbagai hal untuk memperoleh kekayaan. Mereka banyak melakukan kejahatan dengan kecurangan, melakukan tipu muslihat, perampokan bahkan mereka tega melakukan pembunuhan untuk dapat memperoleh kekayaan. Dan bahkan setelah mereka meraih kekayaan, banyak dari mereka kemudian menggunakan kekayaan yang didapat tersebut untuk melakukan berbagai perbuatan yang tidak baik. Banyak dari mereka menggunakan kekayaan tersebut untuk berjudi, mabuk-mabukan serta berzina. Wahai guruku menurut kesimpulan dari pengamatan saya tidak ada kebaikan sedikitpun dari kekayaan”.

Sang Guru: 

“Oh pengamatanmu sungguh sangat menarik sekali muridku. Lalu bagaimana menurutmu apa yang seharusnya kita lakukan?”

Murid Pertama:

“Menurut pendapatku manusia harus menjauhkan diri dari kekayaan karena kekayaan adalah sumber dari kejahatan. Agar diri kita dapat selalu dekat dan juga ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita harus hidup jauh dari kekayaan. Kita harus selalu dekatkan diri kita kepada Yang Maha Esa dan tinggalkan lah ikatan keduniawian seperti kekayaan. Karena kita perlu memurnikan hati kita dengan meninggalkan hal-hal yang dapat membuat hati kita berpaling kepada selain Tuhan Yang Maha Esa.”

Sang Guru tersenyum dan kemudian berkata:

“Engkau sungguh memiliki kemuliaan wahai muridku. Aku bangga padamu.”
“Murid kedua! sekarang giliranmu, apa jawabanmu tentang makna kekayaan bagi manusi?”

Murid Kedua menjawab, 

“Murid Mohon maaf Guru, Saya memiliki pendapat berbeda dengan yang disampaikan murid pertama. Selama perjalananku, Saya telah banyak berjumpa dengan raja dan juga saudagar kaya mereka sungguh dermawan guru. Mereka menggunakan kekayaan mereka untuk membangun tempat ibadah, menyantuni anak yatim, mereka memberi makanan serta membangun tempat tinggal untuk orang miskin dan mereka juga menolong orang orang yang sedang kesusahan. Mereka telah mencari kekayaan yang sangat banyak, kemudian kekayaan tersebut digunakan untuk melakukan kebaikkan kebanyak orang. Jadi menurut kesimpulan saya, bahwa kekayaan merupakan sumber dari kebaikan, karena dengan kekayaan dapat membuat manusia membawa kebaikan untuk dapat memberi serta membantu orang orang yang sedang mengalami kesusahan.”

Sang Guru:

“Sungguh pengamatan yang luar biasa muridku. Lalu menurutmu apa yang seharusnya dapat kita lakukan?”

Murid Kedua:

“Menurutku mencari kekayaan itu penting untuk manusia. Karena ketika kekayaan sudah didapat oleh manusia, maka tentu manusia bisa menjalani kehidupan yang lebih baik, dengan kekayaan tersebut dia dapat melakukan hal hal yang baik, ia dapat menyekolahkan anaknya agar memperolah pendidikan yang baik, Dia juga dapat beribadah dengan tenang tanpa harus memikirkan kekurangan uang untuk makan keluarganya, Ia juga dapat pergunakan uang tersebut untuk menolong keluarga, bersedekah dan juga membantu sesama manusia yang sedang membutuhkan. Oleh karena itu manusia tidak boleh hidup dalam kemiskinan Guru. Kita harus berupaya dengan segenap kemampuan agar manusia bisa memperoleh kekayaan serta terbebas dari kemiskinan. Itulah pendapatku, Guru!

Sang Guru tersenyum dan berkata:

“Engkau merupakan samudera kebijaksanaan wahai muridku. Aku sungguh bangga kepadamu!”
“Murid ketiga! Sekarang giliranmu, Bagaimana menurutmu tentang makna kekayaan bagi manusia?”

Murid Ketiga pun bercerita,

“Guru, selama merantau diperjalanan aku telah berjumpa dengan banyak orang kaya yang baik hati, akan tetapi banyak juga orang kaya yang jahat. Murid juga bertemu dengan orang miskin yang baik hati, akan tetapi banyak juga orang miskin yang jahat. Murid juga berjumpa dengan orang kaya yang taat beribadah dan juga selalu ingat pada Tuhan nya, akan tetapi ada juga orang kaya yang lupa dengan Tuhan. Seperti halnya orang kaya, murid juga banyak bertemu orang miskin yang selalu ingat pada Tuhan, tetapi ada juga orang miskin yang melupakan Tuhan nya.

Sang Guru tersenyum:

“Jadi apa maksudmu muridku, apa makna kekayaan bagi manusia?”

Murid Ketiga:

“Menurut pendapatku, ternyata kekayaan hanyalah sekedar alat. Karena pada dasarnya semuanya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Manusia yang memiliki tujuan hidup yang baik, tentu akan menggunakan kekayaan tersebut sebagai alat untuk ia mewujudkan kebaikan. Dan sebaliknya, ketika manusia tidak memiliki tujuan yang tidak baik, maka kekayaannya akan digunakan untuk hal hal yang tidak baik juga. Demikian maksud murid, Guru.”

Sang Guru:

“Lalu menurutmu apa yang seharusnya dilakukan?”

Murid Ketiga:

“Manusia haruslah mengetahui kemana ia akan menuju. Dengan mengetahui kemana ia akan menuju, maka apapun yang dimilikinya di dunia ini merupakan sebuah alat, bukan tujuan. Termasuk kekayaan.”


Sang Guru:

“Lalu hendak kemanakah manusia menuju?”

Murid Ketiga:

“Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu seharusnya kesanalah semua manusia menuju. Jika manusia sudah menyadari tujuannya, maka kekayaan yang dimiliki dapat menjadi kendaraannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun jika sebaliknya, maka tentu kekayaan juga dapat membuat manusia menjauh dari Tuhan Yang Maha Esa.”

Sang Guru tersenyum kemudian berkata:

“Wahai Muridku, sungguh engkau merupakan sumber kebijaksanaan dan juga samudera pengetahuan. Sekarang engkau adalah Guru baru di perguruan ini.”

Dan serentak kedua murid lainnya, Memberi hormat pada Murid Ketiga yang sekarang terpilih menjadi guru baru diperguruannya.

Kisah Seorang Guru Bijak dan 3 muridnya ini sungguh memberikan pelajaran yang sangat penting bagi manusia, dari cerita ini kita mempelajari bahwa siapapun kita (Miskin, Kaya, Tua dan Muda), kita hanyalah manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Apa yang kita miliki didunia ini hanyalah sebuah titipan, kita boleh mencari kekayaan akan tetapi kita tidak boleh lupa siapa yang memberikan kita kehidupan.

-Semoga Bermanfaat-

Kau Akan Malu Jika Pernah Bertengkar dan Memarahi Ibumu


Suatu hari ada seorang anak yang bertengkar dengan ibunya, pertengkaran tersebut berawal ketika ibu tersebut menasehati anaknya, akan tetapi anaknya merasa terganggu dengan nasihat ibunya, akhirnya terjadilah pertengkaran mulut diantara keduanya. pertengkaran tersebut membuat si anak langsung pergi keluar dan meninggalkan si ibu dirumah. Cuaca pada saat itu sangat panas, setelah berjalan cukup jauh dia berfikir sejenak untuk berteduh di bawah pohon yang cukup rindang. Di dekat pohon rindang tersebut terdapat kedai mie ayam, Perutnya sudah mulai terasa lapar akan tetapi dia baru tersadar kalau dia tidak membawa uang. Ia ingin membeli semangkok mie ayam akan tetapi karena ia tidak membawa uang, ia hanya terdiam sambil sesekali menatap kedai tersebut sambil menahan rasa lapar.

Pemilik Kedai Yang Baik Hati
Secara tak sadar seorang ibu pemilik kedai tersebut melihat tingkah anak tersebut yang sering melihat kearah kedainya sambil memegangi perutnya. Lalu pemilik kedai itu mendekati anak tersebut. 

“Nak ibu perhatikan kamu sepertinya sering melihat kearah kedai ibu. Apakah kamu ingin makan mie ayam dikedai ibu?” Ujar si pemilik kedai. “Iyah bu, memang perut saya agak terasa lapar, tapi saya tidak memiliki uang untuk membeli mie ayam di kedai ibu”, jawab anak tersebut. “Oh, jadi karena itu kamu terus memperhatikan kedai ibu. ayuk ke kedai ibu nanti ibu kasih semangkok mie ayam”, – ucap si pemilik kedai. “Tapi saya tidak memiliki uang untuk membayar mie ayam ibu”, jawab si anak “ Sudahlah kamu tidak perlu khawatir, Ibu iklas kok”, ucap kembali si ibu.

Akhirnya anak tersebut memakan mie ayam pemberian si pemilik kedai. Tetapi tiba tiba si anak menetaskan air mata. “Kenapa kamu menangis nak?” Tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa – apa bu, aku hanya terharu dengan kebaikan ibu, karena ibu yang bukan siapa – siapa saya, tetapi rela memberikan semangkok mie ayam secara gratis terhadap saya, sementara ibu saya sendiri hari ini baru saja bertengkar dengan saya, dan dia membiarkan saya pergi dan beliau tidak peduli kalau saat ini saya belum makan dan tidak membawa uang” ucap anak tersebut. Mendengar ucapan anak tersebut ibu kedai itu terdiam sesaat dan menyela nafas, lalu kemudian dia mendekati sianak tersebut dan mengusap2 pundak tersebut sambil berkata :

Nak, mengapa kau berpikir seperti itu? Aku hanyalah memberimu semangkuk mie ayam saja, tapi kau begitu terharu dan bilang aku sangat baik, dan sangat berbeda jauh dengan ibumu.
Coba sekarang kamu renungkan, Aku hanya memberimu semangkuk mie ayam, sementara Ibumu telah memasak nasi, dan berbagai hal lain untuk kamu makan, dari semenjak kamu lahir sampai sekarang ini dan semua itu diberikan secara gratis agar kamu bisa tumbuh sehat sampai saat ini, kenapa orang yang selalu memberi makan kamu tiap hari secara gratis malah kamu bilang tidak baik, kenapa justru aku yang hanya sekali memberi kamu semangkuk mie ayam kamu bilang sangat baik.
Seharusnya orang yang wajib kamu bilang sangat baik ialah Ibumu.
Dia yang mengandungmu, Dia yang melahirkanmu, Dia yang menyusuimu, Dia yang memandikanmu, Dia yang merawatmu dari kecil hingga sebesar saat ini, dia yang memberikan jiwa dan raganya untuk membesarkan dan merawat kamu, sekarang pulang lah nak lalu minta maaf lah kepadanya, karena dia orang yang seharusnya kau bilang sangat baik.
Pulang dan berterimakasihlah kepada beliau

Mendengar nasihat dari pemilik kedai tersebut anak itu hanya terdiam, beberapa saat kemudian dia menangis.


Betapa durhakanya aku terhadap Ibuku, aku tak pernah peduli dengan apa yang pernah dia berikan untuk aku, betapa berdosanya aku” ucap anak tersebut. Terimakasih bu sudah memberikan saya semangkuk mie ayam, aku permisi pulang” tambah sang anak.
Anak tersebut langsung berjalan dengan cepat menuju rumahnya, setelah sampai didepan rumah, ternyata sang Ibu sedang berdiri tepat didepan pintu rumah. Seketika sang ibu langsung memanggil anaknya,

“Nak kamu dari mana saja, ibu khawatir sama kamu, maafkan Ibu yah karena tadi sudah memarahi kamu, Ibu juga melihat dompet kamu ada dimeja kamar kamu, pasti kamu belum makan, Ayo nak masuk, Ibu telah menyiapkan makan untuk kamu”, ucap sang Ibu.
Mendengar ucapan Ibunya tersebut, Anak tersebut tak kuasa menahan rasa tangis dan langsung berlari serta bersujud di kaki ibunya. 

“Maafkan aku bu, aku ini sudah durhaka terhadap ibu, aku tidak pernah menghargai apa yang sudah ibu berikan kepada aku, Aku minta maaf bu. Aku ini memang tidak pernah bersyukur, Aku tidak sadar kalau selama ini aku memiliki Ibu terbaik di dunia. Aku tidak akan mengulanginya lagi bu, aku akan selalu mendengarkan semua nasihat Ibu, Aku cinta Ibu.” Ucap sang anak.
Jangan Melupakan Kebaikan Orang Tua
Terkadang kita melupakan dan mengabaikan kebaikan dan kasih sayang yang begitu besar dari orang tua kita, bahkan kita sering marah dan bertengkar dengan mereka pada saat kita dinasehati oleh mereka serta sering kita membandingkan orang tua kita dengan orang lain, dan menganggap orang lain lebih baik dari orang tua kita ketika kita sedang diberi sesuatu dengan orang lain, padahal apa yang diberikan oleh orang lain tidak akan mampu menandingi kebaikan dan kasih sayang orang tua kita. Percayalah, ketika orang tua kita menasehati kita itu karena mereka ingin yang terbaik untuk kita. Tidak ada kasih sayang yang dapat diberikan orang lain terhadap kita melebihi orang tua kita, jangan pernah melupakan atau melawan terhadap mereka. Karena merekalah orang yang benar benar tulus mencintai dan menyayangi dirimu tanpa pamrih.
Semoga cerita inspirasi tentang Pertengkaran Ibu dan Anak ini dapat menyadarkan kita bahwa orang tua adalah orang yang perlu diutamakan dan jangan sekali kali untuk melawan apalagi sampai bertengkar dengan dia. Sekarang datanglah ke Ibu Mu, minta maaf lah terhadap beliau dan katakan “I Love You, Mom!”.
-Semoga Bermanfaat-