Download format pdf
(D.R) Cinta adalah sesuatu yang perlu kita temukan lalu dirawat dengan baik agar dapat tumbuh subur di dalam sanubari dan semerbak mewangi ke seluruh jiwa. Cinta adalah sesuatu yang akan membangkitkan gairah hidup sehingga tak ada jarak antara pentingnya hidup dan cinta. Oleh karena pentingnya kedudukan cinta maka pujangga pun berkata bahwa hidup tanpa cinta bagaikan taman tanpa bunga, sebagaimana sering kita dengar dalam banyak kesempatan.
(D.R) Cinta adalah sesuatu yang perlu kita temukan lalu dirawat dengan baik agar dapat tumbuh subur di dalam sanubari dan semerbak mewangi ke seluruh jiwa. Cinta adalah sesuatu yang akan membangkitkan gairah hidup sehingga tak ada jarak antara pentingnya hidup dan cinta. Oleh karena pentingnya kedudukan cinta maka pujangga pun berkata bahwa hidup tanpa cinta bagaikan taman tanpa bunga, sebagaimana sering kita dengar dalam banyak kesempatan.
Di samping itu,
cinta juga merupakan salah satu alat pemersatu antara dua atau banyak
orang, keluarga, kelompok, golongan, suku, bangsa bahkan negara. Dengan
cinta maka mereka akan menemukan kebersamaan, kedamaian dan kebahagiaan
hidup di dunia dan Insya Allah kelak di akherat.
Menghubungkan
cinta dengan keakheratan, kiranya tak lepas dari hukum cinta yang
didasarkan oleh kaedah agama melalui sabda Nabi kita tercinta Muhammad
saw., dari Allah SWT. Lalu bagaimana kita memperlakukan cinta? Kepada
siapa kita mengarahkan cinta? Dan bisakah cinta membahagiakan kita di
akherat?
Dari pada mikir
pertanyaan-pertanyaan di atas, yuk kita terus simak artikel ini sampai
tuntas, sebab didalamnya terdapat jawabannya.
Dari Abu
Hamzah, Anas bin Malik ra., pembantu Rasulullah dari Rasulullah saw.,
beliau bersabda: Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. (HR.
Bukhari-Muslim).
Ternyata cinta
bisa merupakan tolak ukur keimanan seseorang. Disadari atau tidak, bahwa
tatkala kita mempunyai keimanan yang tinggi terhadap Allah, maka rasa
cinta terhadap sesama mengikutinya. Akan tetapi sebaliknya, di saat kita
lupa atau lalai terhadap kondisi keimanan kita kepada Allah, maka kita
akan lupa untuk mencintai sesama kita, saudara semuslim.
Sedangkan dari
Abu Hurairah ra., berkata: "Rasulullah saw., bersabda: "Demi Zat yang
jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, engkau semua tidak dapat
masuk surga sehingga engkau semua beriman, dan engkau semua belum
disebut beriman sehingga engkau semua saling cinta-mencintai. Sukakah
engkau saya beri petunjuk pada sesuatu yang apabila engkau melakukannya,
maka engkau semua dapat saling cinta-mencintai? Sebarkanlah ucapan
salam diantara engkau." (HR. Muslim).
Sebagai
korelasi dengan hadits sebelumnya, ternyata hadits ini lebih jauh
menjelaskan hubungan iman dan cinta yang akan bedampak positif pada
kebahagian hidup di akherat berupa surga dimana kunci utamanya adalah
ucapan salam.
Sebagai
batasan, Rasul memberikan statement yang jelas dan lugas bagaimana cinta
itu dialamatkan, dan bagaimana diarahkan sebagaimana termaktub dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Anas r.a, di bawah ini:
Dari Anas r.a.
dari Nabi saw., bersabda: "Ada tiga perkara, barangsiapa yang tiga
perkara itu ada di dalam diri seseorang, maka orang itu dapat merasakan
manisnya keimanan yaitu: 1- Jikalau Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai
olehnya daripada yang selain keduanya, 2- Jikalau seseorang itu
mencintai orang lain dan tidak ada sebab kecintaannya itu melainkan
karena Allah, dan 3- Jikalau seseorang itu membenci untuk kembali kepada
kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah dari kekafiran, sebagaimana
bencinya kalau dilemparkan ke dalam api neraka." (HR. Bukhari-Muslim).
Juga Dari Abu
Hurairah ra., berkata: Rasulullah saw., bersabda: "Sesungguhnya Allah
Ta'ala berfirman pada hari kiamat: "Manakah orang-orang yang saling
cinta-mencintai kerana keagungan-Ku? Pada hari ini mereka itu akan saya
beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naungan-Ku sendiri." (HR.
Muslim).
Juga dari Abu
Hurairah ra. dari Nabi saw., sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan
dapat diberi naungan oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari tiada
naungan melainkan naungan-Nya pada hari kiamat, yaitu: 1- Imam
(pemimpin) yang adil, 2- Pemuda yang tumbuh (sejak kecil) dalam
beribadat kepada Allah Azza wa jalla, 3- Seseorang yang hatinya
bergantung (sangat memperhatikan) kepada masjid-masjid, 4- Dua orang
yang saling cinta-mencintai kerana Allah, keduanya berkumpul atas
keadaan yang demikian serta berpisah pun demikian pula, 5- Seseorang
lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan
wajah, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah,"
(ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang
lelaki), 6- Seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu
menyembunyikan amalannya itu (tidak memamerkannya), sehingga dapat
dikatakan bahawa tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
tangan kanannya, dan 7- Seseorang yang ingat kepada Allah di dalam
keadaan sepi lalu melelehkan air mata dari kedua matanya." ( HR.
Bukhari-Muslim ).
Kemudian masih
banyak hadits-hadits lain yang mendorong kita agar terampil
mengkombinasikan cinta yang bersemayam di dada ini kepada siapa
dialamatkan, bagaimana mengalamatkan, dan karena apa dan siapa
dialamatkan. Sebagai tafakkur, kita bisa mencoba menelaah maksud
hadits-hadits di bawah ini secara seksama dan lebih mendalam lagi:
Dari Abu
Hurairah ra.,dari Nabi saw., bersabda: “Ada seorang lelaki berziarah
kepada seorang saudaranya di desa lain, kemudian Allah memerintah
seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan," kemudian
diuraikannya Hadits itu sehingga pada sabda Beliau: "Sesungguhnya Allah
itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu kerana
Allah." ( HR. Muslim ).
Dan dari Anas
ra. bahawasanya ada seorang lelaki sedang berada di sisi Nabi saw., lalu
ada seorang lelaki lain berjalan melaluinya, lalu orang yang di dekat
beliau berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mencintai orang ini."
Nabi saw., bertanya: "Adakah engkau sudah memberitahukan padanya tentang
itu?" Ia menjawab: "Tidak (belum saya beritahukan)." Nabi saw.,
bersabda: "Beritahukanlah padanya." Orang yang bersama beliau saw., lalu
menyusul orang yang melaluinya tadi, lalu berkata: "Sesungguhnya saya
mencintaimu." Orang itu lalu menjawab: "Engkau juga dicintai oleh Allah
sebab engkau mencintai aku kerana Allah." ( HR. Abu Daud ).
Kemudian lagi
dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi ra., dia berkata: “Seseorang
mendatangi Rasulullah saw., maka beliau berkata: “Wahai Rasulullah,
tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan
manusia akan mencintaiku.” Maka beliau bersabda: “Zuhudlah terhadap
dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada
pada manusia maka engkau akan dicintai manusia.” ( HR. Ibnu Majah ).
Dan terakhir,
dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: "Apabila Allah
mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman:
"Sesungguhnya Allah Ta`Ala mencintai Fulan maka cintailah ia." Kemudian
Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit:
"Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah ia." Kemudian
penghuni langit mencintai orang itu. Setelah itu kecintaan tersebut
diteruskan kepada penghuni bumi. ( HR. Bukhari-Muslim ).
Maka
mudah-mudahan kita bisa mengelola kesucian cinta yang dimaksud, lalu
mengalamatkannya kepada yang berhak dicintai agar jalinan hubungan cinta
itu membawa pada kebahagiaan seutuhnya, disaksikan para malaikat
penebar cinta, diridhoi Sang Maha Penguasa Cinta.
-Semoga Bermanfaat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar