2016-07-02

Seorang Ibu Bisa Merawat Banyak Anak Sekaligus Tetapi Beberapa Anak Belum Tentu Bisa Merawat Seorang Ibu

File pdf
(D.R) Percakapan di dalam angkutan, baru berapa saat saya naik, “kiri sep…” kata ibu tua di depanku sambil berkemas. Mobil pun minggir. Sopirnya masih muda, mungkin belum sampai 25 usianya.
Sopirnya bertanya : “ibu turunnya bisa? pelan-pelan aja bu….” katanya.
Si ibu menjawab, “turunnya mah pelan pelan bisa sep, tapi nyeberangnya ibu takut.” Sopir pun turun dari mobil menuju pintu belakang penumpang, “sini bu saya tolongin” katanya.
Sopir itu membimbing ibu tua itu turun, lalu membantu menyeberangkan pelan pelan karena ibu tua itu jalan tertatih tatih.
Setelah kembali ke mobil, saya iseng bertanya… “ibu nya mas?”
“bukan..” jawabnya..
“oh.. saya kira ibunya, manggilnya sep..saya kira mas nya namanya asep..” kataku ringan. “baik banget mas mau ngurusin sampai nyebrangin segala…”
“kalau itu ibu saya bu, gak bakalan saya biarin pergi-pergi sendiri. Kalau jatuh, ketabrak, atau sakit di jalan gimana coba?
Saya suka sedih bu lihat ibu-ibu tua, ngapa-ngapain sendirian. Padahal dulu pasti lagi mudanya pergi-pergi anaknya selalu dibawa, dijagain takut anaknya jatuh , diurusin siang malem waktu anaknya sakit. ya gak bu?” tanyanya….
“iya jawabku singkat…” (Tenggorokan rasa terkunci)
“Iya bu..Orang kadang gak ngehargain ibunya… kalau senang lupa, kalau susah pasti nyari ibunya…. padahal bu.. saya ini gak punya ibu, ibu saya meninggal dari saya kecil.
Saya diasuh orang lain, barangkali kalau saya punya ibu, nasib saya gak begini… karena pasti ada ibu yang ngedoain supaya jadi anak yang sukses. Orang lain di doain ibunya, belum tentu juga inget dan sadar kalau itu tuh hasil doa sama jeripayah ibunya… yaa gak bu?”
“iya..” jawabku lemah…
“kiri depan yaa… saya doain mas selalu dimudahkan rejekinya dan bisa sukses yaa mas. jangan lupa ibunya dikirimin doa. makasih yaa..”
saya buru buru ambil Hp di tas…
“asalamualaikum. ..
#Maaf Mama.... 
Semoga dapat bermanfaat
Cerita pertama dimulai ketika beberapa waktu lalu saya merawat seorang ibu/nenek yang sudah sepuh. Beliau sudah lemah dan sakit karena memang usianya yang sudah renta. Ketika setiap hari saya kunjungi beliau, beliau selalu memanggil saya, "Nak, terima kasih sudah nengokin Simbah." Begitu terus ucapannya setiap kali saya datangi beliau. Sudah 2 hari lamanya nenek itu saya rawat dan saya lihat hanya seorang ibu-ibu yang selalu menjaganya dan tampak beberapa orang silih berganti menjenguk beliau. Suatu ketika saya iseng bertanya ke ibu penjaga tadi, "Bu, maaf putranya Ibu "N" (pasien) tadi kok ga ada yang nungguin?" Ibu itu diem sebentar lalu menarik saya keluar. "Nah itu Mas Dokter yang bikin si Ibu sakit. Selalu mikirin anaknya yang jarang sekali pulang untuk jenguk beliau." "Lho la emang putranya berapa to?" Ibu tadi menjawab, "Ada 7, Mas Dokter. Ada yang di luar pulau dan luar negeri. Singkat cerita memang anak-anaknya sukses semua dan sangat sibuk sehingga jarang bisa pulang. Nah, kemarin kata Simbah lihat Mas Dokter udah kaya lihat anaknya sendiri makanya beliau seneng dirawat sama njenengan." Aduhh tersipu malu dalam hati :) Hari berlalu dan tak terasa sudah 5 hari Nenek tadi masih belum juga sembuh dan kondisinya masih lemah. Akhirnya saya lihat ini memang ada faktor psikis yang membuat nenek tadi kondisinya tak kunjung membaik. Lalu saya berinisiatif untuk menelepon beberapa putra beliau yang ada di luar kota untuk datang. Namun begitu kaget dengan jawaban mereka, "Maaf Dok, kami benar-benar sedang sibuk dengan pekerjaan kami. Tolong Pak Dokter obati saja ibu kami. Untuk biaya dll jangan kuatir, kami yang akan tanggung. Insaallah kami akan pulang saat lebaran nanti, Dok!" Begitulah jawaban mereka.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dr_wahyutriasmara/kumpulan-cerita-pertama-1-orang-tua-bisa-merawat-10-anak-sebaliknya-10-anak-belum-tentu-bisa-merawat-1-orang-tua_558f6b49aa23bdc411beeada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar